Lion Air Group membeli lima simulator dari CAE senilai US$ 65 juta (sekitar Rp 871 miliar). Alat tersebut untuk mendukung operasional penerbangan dan mendukung pelatihan pilot. CAE adalah produsen simulator terbaik. Simulator yang dipakai produsen Boeing, Airbus, dan ATR disiapkan oleh CAE.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan telah berinvestasi besar dalam pelatihan pilot dengan mendatangkan simulator terbaru dari CAE. "Kerja sama ini akan meningkatkan keterampilan pilot Lion Air Group demi menunjang penerbangan pesawat yang kami operasikan," kata Edward saat Singapore Airshow di Singapura, Selasa (16/2).
Menurut dia, pilot yang tergabung dalam Lion Air Group dilatih untuk standar internasional tertinggi. CAE tidak hanya menyediakan peralatan pelatihan untuk Lion Air Group, tapi pelatihan personel yang sangat terampil dan berpengalaman bagi pilot dan calon pilot.
Selain itu, staf pendukung CAE juga ditempatkan di pusat pelatihan simulator Lion Air Group di Jakarta. Lion Air Group menjadi pelanggan penting bagi CAE di Asia.
Vice President CAE, Dean Fisher mengatakan, Lion Air Group sudah menjadi mitra lama dengan CAE. "Kami sangat bangga menjadi bagian kesuksesan mereka secara terus menerus," katanya.
Menurut dia, kerja sama dengan Lion Air Group merupakan yang terbesar sekawasan Asia. Semua simulator produk CAE ini kerja sama yang sangat prospektif ke depan.
Dengan memanfaatkan produk CAE, perusahaan akan terus memberika kualitas tertinggi dan solusi pelatihan yang paling diandalkan bagi Lion Air Group.
Pada 8 November 2013, Lion Air Group juga telah membeli empat simulator dari CAE Kanada senilai C$ 47 juta.
Pusat PelatihanLion Air Group memiliki fasilitas Angkasa Training Center di Bandara Mas, Tangerang, Banten. Lahan seluas 2,4 hektare tersebut dijadikan pusat pelatihan awak pesawat, pilot, ground staff, flight operation officer (FOO), dan pelatihan engineering terbesar di Indonesia.
ATC merupakan pusat pelatihan seluruh karyawan Lion Air Group di masing-masing bidang untuk menjadi profesional di bidangnya.
Bagi pilot, Lion Air Group berencana menyediakan 22 unit simulator hingga 2025 untuk pelatihan terbang calon pilot dan pilot tersertifikasi namun masih perlu latihan (recurrent). Hal ini dilakukan untuk menjamin keamanan penerbangan yang dilakukan karyawan Lion Air Group.
General Manajer ATC Capt Dibyo Soesilo mengatakan, keseriusan Lion Air Group menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan ditunjukkan dengan pelatihan rutin bagi pilot recurrent setiap enam bulan. Pilot yang telah tersertifikasi pun terus mendapat pelatihan dan pembaruan ilmu penerbangan yang disesuaikan dengan pesawat yang akan digunakan.
Bagi calon pilot dari Angkasa Aviation Academy (AAA) akan mendapat pelatihan khusus selama kurang lebih lima bulan. Calon pilot yang tidak lolos dalam ujian pelatihan penerbangan dengan persentase kegagalan 10 persen dinyatakan tidak lulus dan tidak dapat melakukan penerbangan.
"Jadi calon pilot yang lolos adalah mereka yang sudah kompeten dan tersertifikasi sehingga keamanan penerbangan di Lion Air Group tidak diragukan lagi," ujarnya di Tangerang.
Tidak hanya itu, Lion Air Group juga bekerja sama dengan Airbus Training Organization (ATO) untuk mengelola fasilitas pelatihan penerbangan dengan standar international sehingga lulusan ATC dapat diakui internasional.
Lion Air Group telah memiliki enam unit simulator yang biasa digunakan untuk pelatihan calon pilot dan pilot recurrent. Enam simulator yakni satu unit simulator ATR 72-500 atau sesuai pesawat yang biasa digunakan Wings Air, empat unit Boeing 737 NG yang digunakan Lion Air dan Batik Air, serta satu unit Airbus A 320-200 CEO biasa digunakan Batik Air.
Hingga akhir 2016 Lion Air Group akan mendatangkan dan mengoperasikan lagi empat unit simulator, yakni Boeing 737-900ER untuk Thai Lion Air, ATR 72-600, dan dua unit simulator Airbus A 320-200. "Seluruh simulator yang kami miliki didatangkan baru dari pabrik Airbus di Kanada," ujar dia.
Tidak hanya itu, Lion Air Group juga memiliki hanggar atau tempat perawatan pesawat di Batam yang dikenal dengan Batam Aero Technic. Setiap hanggar dapat melayani perawatan satu unit pesawat Boeing 747-400 atau tiga unit pesawat Boeing 737 dalam waktu bersamaan.
Batam Aero Technic juga mampu menangani sistem utama pesawat seperti roda pendaratan pesawat, radio elektronik pesawat, dan unit daya tambahan pesawat.
Maskapai yang tergabung dalam Lion Air Group telah menerima IATA Standard Safety Assessment (ISSA) yang menjamin standar keselamatan penerbangan.
ISSA merupakan program IATA Operational Safety Audit (IOSA) yang merupakan audit skala global. Objek utamanya, maskapai yang mengoperasikan pesawat dengan maximum take off weight (MTOW) lebih rendah dari 5.700 kilogram.
Ruang lingkup audit, di antaranya sistem organisasi dan manajemen, operasi penerbangan, keberangkatan penerbangan, pemeliharaan pesawat dan mesin pesawat, pengerjaan kabin, ground handling, pengerjaan kargo, dan keamanan operasional.
Reportase : Didik Purwanto.